Jumat, 05 Juni 2020

Didaktik, Ilmu Mendidik Yang Dilupakan



Tulisan saya kemarin tentang Triangle Pedagogik (Pengetahuan, Guru, dan Murid) akhirnya membawa saya untuk tahu bahwa ada satu ilmu yang sudah dilupakan di LPTK. Ilmu Didaktik.

Pada kamus besar bahasa Indonesia online, kata didaktik berarti ilmu tentang masalah mengajar dan belajar secara efektif; ilmu mendidik.

Ketika saya menjelaskan relasi antara guru dan pengetahuan sebagai proses mendidik, oleh Sang Mentor, Pak Jimmy Paat dan Pak Lody Paat, saya diingatkan bahwa relasi itu adalah didaktik.

Berikut ini penjelasan beliau berdua_dalam diskusi di grup WA Sakti (Sekolah Antikorupsi Guru) 2019 yang diselenggarakan oleh ICW (Indonesia Corruption Watch)_tentang tulisan saya kemarin (The Triangle Pedagogic):

Dari Pak Lody Paat

http://www.norssiope.fi/norssiope/mentoring/orientation/identity_iamateacher2.html

Bung Kris, komentar pertama saya tulisan bung KEREN.

Segitiga didaktik diajukan oleh  Johan Friedrich Herbart. Herbart mengembangkan dari segitiga retorika.

Didaktik bisa diterjemahkan menjadi ilmu mengajar. Ilmu ini dipelajari oleh calon guru pada era penjajahan di Kweekschool sampai dengan era merdeka di B1 dan B2, dan di IKIP. Saya perkirakan didaktik tidak dipelajari di IKIP setelah tahun 1975.

Sejak tahun 80an, calon guru di IKIP mempelajari cara mengajar dalam kerangka teknologi pendidikan atau teknologi instruksional.

Dalam segitiga didaktik, sudut atas bisa apa atau siapa saja, bisa guru atau murid atau pengetahuan. Terpenting, saya pikir adalah hubungan atau relasi guru-murid, guru-pengetahuan, dan  murid-pengetahuan. Dengan kata lain, dalam segitiga didaktik, penekanannya pada konsep relasi. Mungkin, bisa dikatakan tanpa relasi tidak ada segitiga didaktik.

Terakhir, saya pikir kita perlu mencari sumber yang membahas sejarah segitiga didaktik agar kita kapan dan mengapa segitiga didaktik hadir.

Dari Pak Jimmy Paat

"Pada Triangle pédagogique Jean Houssaye, hubungan antara sisi pengetahuan dan sisi guru itu disebut proses didaktik. Didaktik sebagai  konsep mungkin sudah lenyap di kamus guru. (Lihat pak Kris sendiri tidak menggunakan konsep tersebut). Didaktik itu sendiri berkembang pesat di Perancis, kususnya didaktik matematik di awal tahun 80-an, melalui kerja Guy Brousseau dan Yves Chevallard. Melalui yang tetakhir ini lahir transposisi didaktik. Melalui konsep ini kita, guru diberitahu bahwa ilmu pengetahuan dari ilmuwan harus ditranspos (dipindahkan) untuk sampai ke buku teks, kemudian dipindahkan lagi untuk sampai ke kelas agar pengetahuan itu diserap murid. Nah konsep transposisi didaktik sepengetahuan saya tidak atau belum banyak dikenal (diperkenalkan) di lptk. Mungkin karena ilmu pengetahuan kita yang berkaitan dengan pedagogik dan didaktik didominasi yang dari Anglo-American.

"Kembali ke segitiga pedagogik Houssaye. Kita bisa atau mungkin perlu dan penting kaitkan dengan didaktik (di Perancis dikenal juga segitiga didaktik melalui Brousseau dan Chevallard). Agar kita melihat lebih jelas hubungan tiga sisi pedagogis Houssaye."

Demikian penjelasan beliau berdua.

Memang konsep didaktik yang pernah ada dulu, kini telah dilupakan oleh LPTK. Pada akhirnya mahasiswa dan produk LPTK zaman now tidak mengenal konsep didaktik ini. Bahkan saya sendiri baru dengar kata didaktik baru dari cerita ayah saya yang pensiunan guru SD setelah tamat kuliah. Katanya beliau sewaktu SPG dulu, dia mendapatkan mata pelajaran Didaktik Metodik (bahkan dengan metode imlah😊).

Sekian.

Tulisan ini akan saya perbaiki kemudian jika ada koreksi dari para mentor atau teman-teman. Salam.

Note: This picture taken from http://www.norssiope.fi/norssiope/mentoring/orientation/identity_iamateacher2.html

Oleh: Krismanto Atamou
Kupang, 06 Juni 2020

Tidak ada komentar: