Selamat Datang di web download Perangkat K13 IPA SMP Gratis:
1. Perangkat IPA Kelas 7
2. Perangkat IPA Kelas 8
3. Maaf Kelas 9 belum ada 😆
Selamat menikmati perangkat copy-pastenya 😀
Sabtu, 06 April 2019
Kamis, 04 April 2019
Mengembangkan Literasi di Sekolah
Latar belakang yang menginspirasi saya untuk
mengembangkan literasi di sekolah berawal pada Agustus 2010. Setelah ditentukan
lulus menjadi CPNSD Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur dan
ditempatkan untuk mengabdi di daerah terpencil. Merintis sekolah negeri baru
sebagai CPNSD defenitif pertama di SMP Persiapan Negeri 3 Amfoang Selatan.
Penempatan saya sebenarnya menggantikan seorang CPNSD yang baru saja
ditempatkan disitu. CPNSD tersebut sudah mensurvei lokasi sekolah namun pulang
ke kota dan tidak pernah kembali lagi. Alasannya karena lokasi sekolah ini
terlalu terpencil. Sekolah ini berada di pedalaman Pulau Timor, Propinsi NTT.
Sekolah rintisan baru di daerah terpencil penuh
dengan keterbatasan baik itu dari segi sarana dan prasarana. Termasuk sekolah
kami. Gedung sekolah darurat, beralaskan tanah, berdinding bambu dan beratapkan
jerami.
Foto gedung dan ruang kelas darurat
Selain bangunan ruang kelas, Masyarakat Desa
Oelbanu juga membangun empat buah rumah guru darurat. Oleh Kepala Sekolah saya
diberi 1 rumah guru. Walaupun rumah tersebut belum memiliki pintu, jendela,
perobot termasuk tempat tidur, saya sangat senang diberikan tempat menginap
langsung di kompleks sekolah. Setidaknya tidak perlu berjalan jauh jika hendak
ke sekolah. Namun yang menjadi tantangan tersendiri ialah akses air minum dan
MCK yang jauh, harus berjalan 1 Km.
Foto masyarakat Desa Oelbanu sedang merenovasi total rumah guru darurat
yang saya huni.
Lokasi
sekolah yang dihibahkan masyarakat merupakan lokasi baru di belakang pemukiman
penduduk, langsung berbatasan dengan hutan. Kesan angker dan tak jarang hewan
liar seperti ular memasuki rumah guru. Belum lagi tidak adanya akses sinyal dan
listrik membuat saya yang sudah terbiasa dengan kehidupan di kota harus rela
dan tulus menyesuaikan diri, menerima keadaan apa adanya.
Walaupun gedung sekolah
darurat, tapi otak guru, pegawai, peserta didik, orang tua dan seluruh stakeholder pendidikan tidak boleh
darurat, demikian kata Bpk Ayub Titu Eki, Bupati Kupang. Mengikuti konsep
sekolah alam, kegiatan belajar mengajar terkadang dilakukan di luar kelas.
Pernah sekali, tidak ada kapur tulis.Saya mengajak peserta didik keluar mencari
batu pelat yang dipakai sebagai buku dan batu kecil lain sebagai pensilnya.
Kami juga memakai potongan kayu dan tanah sebagai media untuk menulis. Kami
belajar bersama alam.
Foto Guru, Pegawai, peserta didik dan masyarakat bersama Bupati Kupang
dan Kepala Desa Oelbanu.
Berkat
kerja keras Kepala Sekolah Bpk B.B. Carvalo,S.Pd dan teman-teman guru/ pegawai,
dibantu dukungan pemerintah dan masyarakat, saat ini sekolah kami sudah
memiliki bangunan permanen yang cukup untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, perpustakaan sekolah untuk menunjang kegiatan literasi.
Selain
di Desa Oelbanu masih banyak sekolah di pedalaman NTT yang serba kekurangan.
Belum semua menikmati pemerataan stsayar Sarana Prasarana Pendidikan. Salah
satunya berada di desa tetangga kami, Desa Nefoneut. Di desa ini sekolah baru
didirikan untuk menjawab kebutuhan akan keselamatan peserta didik saat banjir
di musim hujan. Sungai yang luas dan berarus deras hampir setiap tahun
merenggut nyawa peserta didik yang menyeberang sungai untuk ke sekolah. Sejak
Indonesia merdeka sampai saat ini sungai yang membelah Desa tersebut belum
memiliki jembatan. Walaupun dangkal, sangat lebarnya sungai dan derasnya aliran
air sungai, tidak memungkinkan untuk dibuat jembatan darurat sekalipun. Alhasil
SMP Negeri 3 Amfoang Barat Daya didirikan.Nasib sekolah rintisan baru tentunya
fasilitas serba terbatas, namun demikian guru-gurunya tetap semangat mengajar,
seperti tampak pada foto berikut ini.
Foto Atas: Guru mengajar,
peserta didik belajar tanpa (belum ada) mebeler. Foto Bawah : Kepala Sekolah
memimpin guru dan peserta didik merenovasi bangunan darurat.
Foto Atas: Gedung sekolah darurat. Foto bawah: Saya saat melewati sungai
penyebab berdirinya SMP Negeri 3 Amfoang Barat Daya untuk mengikuti rapat
koordinasi dengan Camat dan SKPD Kecamatan Amfoang Barat Daya.
Jika
saja ada kompetisi sekolah darurat, tentu dewan jurinya akan kewalahan
menentukan juara. Bagaimana tidak, hampir semua sekolah di pedalaman, terutama sekolah
rintisan baru, memiliki kondisi darurat yang relatif sama. Namun, seyogyanya
kedaruratan sarana prasarana tidak menjadi batasan bagi proses pembelajaran di
sekolah. Salah satu solusi yakni mengadopsi konsep sekolah alam.
Pernah
suatu ketika saya mengajar tentang klasifikasi makhluk hidup. Salah satu materi
yang saya sebutkan ialah lumut. Saya tanya ke peserta didik apakah mereka
mengenal lumut, namun mereka menjawab bahwa tidak tahu. Saya ingin mengambil
contoh lumut di sekitar sekolah namun tidak ada. Akhirnya saya mengarahkan
mereka untuk mengingat kondisi musim hujan dimana lumut tumbuh subur di
bebatuan dan berwarna hijau, serta licin jika terinjak. Serentak mereka
berkata: “Ooo... naniteijz! (naniteijz adalah lumut dalam bahasa Dawan di Pulau
Timor).
Kondisi
peserta didik di pedalaman pulau Timor pada umumnya sama. Tidak terbiasa dengan
budaya bertanya. Padahal malu bertanya sesat di jalan, termasuk jalan pikiran.
Saya sering menggunakan metode tanya-jawab agar peserta didik dibiasakan
bertanya. Dengan demikian ada umpan balik secara langsung sehingga guru mudah
mengukur tingkat daya serap peserta didik sejak dini. Awalnya mereka hanya
mampu bertanya di level C1, Taksonomi Bloom. Pertanyaan mereka berkisar apa,
apa dan apa. Saya arahkan mereka untuk bertanya tingkat lanjut, yaitu
pertanyaan yang dimulai dengan kata tanya mengapa. Walau sudah dimulai dengan
kata mengapa, namun kerancuan kosakata masih terjadi. Hal ini mungkin karena
faktor belum terbiasa dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari.
Mereka
merupakan penutur aktif bahasa Ibu (Dawan). Ketika berbahasa Indonesia, tetap
menggunakan kosakata bahasa Dawan. Muncullah dialek bahasa Indonesia versi
Dawan. Melalui gerakan Literasi diharapkan peserta didik mulai terbiasa berbahasa
Indonesia dan mudah menyampaikan pertanyaan di kemudian hari.
Mengembangkan
literasi di sekolah bagi saya memiliki makna sebagai investasi di bidang
pendidikan. Investasi di bidang pendidikan ini ada dua yaitu Investasi jangka
pendek dan investasi jangka panjang.
Makna
investasi jangka pendek kegiatan literasi di sekolah yaitu melalui kegiatan
literasi; 1) peserta didik secara langsung memiliki referensi kepustakaan untuk
menambah wawasan berpikir; 2) peserta didik mengenal bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan NKRI; 3) peserta didik mendapatkan bahan pembelajaran untuk
berbagai bidang keilmuan; 4) peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya.
Makna
investasi jangka panjang kegiatan literasi di sekolah yaitu melalui kegiatan
literasi; 1) peserta didik menemukan dirinya sebagai orang Indonesia yang
memiliki bahasa Indonesia; 2) peserta didik mengenal, mencintai, memakai dan
menjadikan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan sesuai jiwa sumpah pemuda;
3. Menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia.
Inspirasi
program literasi sekolah yang saya kembangkan yaitu :
a)
Saat
di tempat tugas pertama (SMP Negeri 3 Amfoang Selatan dari tahun 2010-2013),
saya memotivasi teman-teman guru dan peserta didik untuk rajin membaca. Apalagi
lokasi sekolah yang tergolong berada di wilayah pedalaman, jauh dari polusi
suara, akan lebih tenang saat membaca. Untuk kegiatan literasi harian di
sekolah, kami lakukan 15 menit sebelum pelajaran dimulai, setelah apel pagi.
Jika ke kota, saya membeli banyak koran, termasuk koran bekas untuk dibawa
pulang kampung, dibagi dan dibaca oleh warga sekolah dan masyarakat sekitar.
Foto saat baca koran di depan salah satu rumah guru darurat.
a)
Di
tempat tugas kedua (SMP Negeri 2 Amabi Oefeto Timur dari tahun 2013-Juni 2016 dan
Januari 2017-sekarang) Sebagai Wakil Kepala Sekolah saya berkonsultasi dengan
Kepala Sekolah agar Kepala Urusan Kurikulum, dalam mengatur jadwal pelajaran,
setiap hari disisipkan 15 menit sebelum isterahat pertama untuk membaca
literatur. Literatur yang peserta didik baca ialah yang sesuai dengan topik
pembelajaran hari itu. Dengan demikian peserta didik dapat memperoleh bekal
ajar awal untuk mata pelajaran selanjutnya ataupun penguatan dan pengayaan bagi
mata pelajaran sebelumnya. Literatur yang dibaca guru lebih mempersiapkan
kompetensi guru dalam kegiatan belajar mengajar.
b)
Saya
memotivasi pengurus perpustakaan sekolah agar: 1) Lebih “well come” terhadap
peserta didik yang ingin membaca atau meminjam buku di perpustakaan; 2)
memperbaiki penataan mebeler, buku dan administrasi perpustakaan agar
pengunjung mendapat layanan yang optimal. Untuk mendukung hal tersebut saya
memasukkan dalam RABS Dana BOS untuk membeli buku Manajemen Perpustakaan
Sekolah tulisan Drs. Hartono, SS, M.Hum.
c)
Memberikan
apresiasi bagi peserta didik sebagai pengunjung perpustakaan paling banyak,
peminjam buku perpustakaan terbanyak.
d)
Saat
menjadi Kepala Sekolah di SMP Negeri 3 Amfoang Barat Daya (Juli-Desember 2016),
sebagai sekolah rintisan baru, guru-guru mengeluh tidak memiliki buku guru
maupun buku siswa. Saya mengalokasikan
dana BOS untuk pengadaan buku. Saya juga mengirim proposal pengadaan buku K13
pada Bank BNI 46 dan syukur dijawab. Buku senilai Rp. 8 juta kami terima dari
bank BNI 46 tanggal 19 Desember 2016.
Foto saat mengambil bantuan buku senilai
delapan juta rupiah di BNI 46 KCP Kupang Timur Propinsi NTT, bersama Sekda Kab.
Kupang.
a)
Untuk
menginspirasi semangat berliterasi para guru, saya sering mencari informasi
tentang even atau lomba literasi dan membagikannya kepada teman-teman guru.
Lewat sosial media, “mulutgram”, saya sampaikan dan motivasi teman-teman agar
bisa mengaktualisasikan diri lewat tulisan/ literasi.
Sebagai contoh bagi
teman-teman dalam berliterasi, saya:
§ Setiap bulan saya
membeli minimal dua buah buku. Buku tersebut menjadi koleksi saya di
perpustakaan kecil pribadi yang ada rumah saya.
§ Mengikuti Seminar
Nasional Pendidikan FKIP Undana tahun 2016 sebagai Pemateri Prosiding dengan
Judul: Membangun generasi unggul, cerdas dan berkarakter bangsa melalui pendidikan.
§ Menulis di kolom opini
koran harian lokal Timor Ekspress pada tanggal 6 Desember 2-16 dengan judul
Ujian Nasional (berbagai pertimbangan).
§ Menulis artikel
berjudul: Menjadi Guru “Es i” dalam buku Kisah Inspiratif Guru-guru Nusantara sudah
diterbitkan per Desember 2017 oleh penerbit Lovrinz.
§ Membuat blog pribadi
untuk menulis opini atau artikel yang berkaitan dengan pendidikan. Link untuk
blog tersebut yaitu : literasiguru2.blogspot.co.id. Blog ini sudah berumur 10
tahun, saya buat sejak masih kuliah S1 di FKIP Undana Kupang, Desember 2007
lalu.
Hasil
akhir yang ingin dicapai dari program literasi saya ialah :
a)
Bagi
peserta didik dapat meningkatkan prestasi dan kompetensi (kognisi, afektif dan
psikomotor) mereka sehingga menjadi generasi Indonesia yang cerdas dan Unggul.
Generasi yang mampu menghadapi era globalisasi namun tetap berjiwa Pancasila.
b)
Bagi
teman-teman guru dan pegawai dapat menjadi motor penggerak, suri teladan bagi
peserta didik dan masyarakat. Menunjukkan bahwa dengan berliterasi kita dapat
berpikir dan bersikap objektif, menjadi insan pendidikan yang cerdas akal,
cerdas emosi, cerdas spiritual dan keterampilan hidup.
c)
Bagi
sekolah sebagai institusi pendidikan, gerakan literasi dapat menjadi sumber
ilmu untuk melaksanakan pelayanan prima sebagai wiyata msayala.
d)
Bagi
masyarakat, program literasi dapat menginspirasi mereka untuk melihat dan
menghadapi tantangan hidup dalam skala lokal maupun global secara arif dan
bijaksana. Masyarakat yang cerdas dan mandiri, kreatif dan inovatif. Masyarakat
yang resisten terhadap berbagai isu desintegrasi bangsa, cinta Pancasila dan
tidak mudah terprovokasi. Sebab, sebaik apapun pemerintah, kalau masyarakatnya
tidak proaktif dalam pembangunan (fisik/ nonfisik) maka nilai Indeks
Pembangunan Manusia dan Nilai Indeks Kebahagiaan Masyarakat tidak akan
bertambah.
Proses pelaksanaan program literasi saya di
sekolah
a.
Tahap
demi tahap yang saya lalui dalam menjalankan program literasi saya yaitu:
§ Di tempat tugas saat
ini, sebagai Wakil Kepala Sekolah, saya berkonsultasi dengan Kepala Sekolah,
Kepala Urusan Kurikulum dan Kepala Perpustakaan agar dalam mengatur jadwal
pelajaran setiap hari, disisipkan jam literasi.
§ Hasilnya, setiap hari,
15 menit sebelum isterahat pertama untuk membaca literatur. Literatur yang
peserta didik baca ialah yang sesuai dengan topik pembelajaran hari itu. Dengan
demikian peserta didik dapat memperoleh bekal ajar awal untuk mata pelajaran
selanjutnya ataupun penguatan dan pengayaan bagi mata pelajaran sebelumnya.
Literatur yang dibaca guru lebih mempersiapkan kompetensi guru dalam kegiatan
belajar mengajar.
§ Peserta didik dapat
meminjam buku ke perpustakaan menggunakan kartu perpustakaan yang mereka miliki
secara gratis.
§ Jam buka perpustakaan
ditambah sampai sore hari, agar siswa, guru dan masyarakat sekitar bisa
mengakses perpustakaan.
§ Saya berusaha menambah
jumlah dan variasi buku perpustakaan selain yang dialokasikan dari dana BOS.
Caranya yaitu melalui proposal bantuan buku ke Bank BNI 46, Bank Indonesia dan
Perpustakaan Negara Republik Indonesia di Jakarta. Khusus untuk buku pedagogik
saya pinjamkan koleksi saya kepada teman-teman guru untuk menambah wawasan
pedagogik mereka. Contohnya buku Gurunya Manusia tulisan Bpk Munif Chatib yang
menjadi bacaan favorit para guru.
b.
Masalah
yang dihadapi dalam menjalankan program literasi saya yaitu:
a)
Masalah
yang pertama dan utama adalah diri saya sendiri. Terkadang saya lupa untuk
menagih atau mengontrol kemajuan membaca teman-teman dari buku yang saya
pinjamkan ke mereka. Hasilnya jika mereka pun lupa membaca maka buku tersebut
akan “menganggur” di tempat yang mereka simpan dalam jangka waktu lama.
Solusinya saya mencatat riwayat pinjaman teman-teman, seminggu sekali saya
mengeceknya kembali.
b)
Masalah
berikut adalah kurang intensnya teman-teman dan peserta didik untuk
memanfaatkan waktu untuk berliterasi. Ada yang apriori bahkan antipati.
Solusinya saya sering menceritakan manfaat dan asiknya membaca.
c)
Petugas
perpustakaan yang kurang “wellcome” terhadap peserta didik yang ingin membaca
di perpustakaan. Solusinya saya mengarahkan mereka untuk mengerti bahwa suasana
penerimaan yang bagus di perpustakaan dapat meningkatkan daya serap peserta
didik ketika membaca.
Masalah
riil yang diperoleh dari program literasi saya yaitu: 1). Sebagian peserta didik
saat membaca atau meminjam buku di perpustakaan, tidak menjaga keamanan fisik
buku. Dampak negatif ikutannya yaitu oleh petugas perpustakaan, peserta didik
tidak diperbolahkan berada di ruang perpustakaan atau bahkan dilarang meminjam
buku dengan alasan petugas takut buku akan rusak. Solusinya yaitu dibuat
peraturan bagi pengunjung/ anggota perpustakaan. Jika peraturan dilanggar maka
ada sanksi yang diberlakukan. Orientasinya ialah agar lebih menjaga keamanan
buku yang dipakai. 2). Setelah mendapatkan buku dari BNI 46 Desember 2016 lalu,
kami terkendala dengan pengangkutan buku ke SMP Negeri 3 Amfoang Barat Daya.
Bukan karena faktor biaya tetapi faktor keamanan buku sampai ke tempat tujuan.
Di saat musim hujan, bus atau alat transportasi darat apapun yang menuju ke
lokasi tujuan harus melewati banyak kali/ sungai dangkal yang lebar sekali.
Cobalah mengetikkan di youtube: bis amfoang menerjang banjir. Video tersebut
memberi gambaran susahnya akses jalan ke amfoang saat musim hujan. Alhasil,
untuk keamanannya, buku yang kami dapatkan dari bank BNI 46 harus tertahan sampai
musim panas untuk bisa dibawa ke sekolah di amfoang.
a.
Hasil
yang didapat belum 100% sesuai harapan dikarenakan koleksi buku bacaan
anak-anak yang belum cukup. Sehingga ada beberapa tempat yang telah kami
sampaikan permohonan bantuan buku selain pegadaan dari dana BOS. Secara pribadi
saya juga menyumbang buku, koran dan majalah untuk menambah variasi bahan
bacaan di perpustakaan. Terkadang majalah tersebut saya dapatkan gratis dari
maskapai saat menggunakan jasa mereka.
Foto
interior perpustakaan SMP Negeri 2 Amabi Oefeto Timur, tampak ada lemari buku
yang masih kosong, peserta didik yang asik membaca dan petugas perpustakaan
pada foto bagian kanan.
a.
Ada
manfaat bagi para peserta didik. Perubahan yang tampak pada peserta didik yaitu
ada perbaikan dalam kompetensi berbahasa mereka. Sehingga dalam menjawab soal atau mengerjakan
perintah/ arahan guru, dapat terlaksana dengan baik karena mereka paham maksud
perintah tersebut. Sebelumnya ini, yang terjadi adalah lain perintah, lain juga
yang dilaksanakan oleh peserta didik. Ada miskonsepsi yang terjadi akibat
peserta didik belum memahami bahasa Indonesia dengan baik.
Rencana
pengembangan program literasi saya di masa depan yaitu saya ingin adanya
kendaraan operasional (motor tiga roda) yang dipakai khusus sebagai mobile library untuk menjangkau
masyarakat dan peserta didik yang jauh dari lokasi sekolah sehingga menumbuhkan
budaya gemar membaca. Dengan budaya gemar membaca, kecerdasan ditumbuhkan dan
dikembangkan. Memunculkan inspirasi, kreatifitas dan inovasi. Ada perbaikan
tatanan kehidupan. Sebab saya berpendapat bahwa sesempurna apapun yang
pemerintah programkan dan lakukan, jika tidak didukung masyarakat yang cerdas
maka peluang keberhasilan program pemerintah tersebut bisa mendekati 0% bahkan
bisa 0%. Saya yakin membaca atau berliterasi adalah salah satu indikator untuk
mendongkrak angka IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia.
Penulis:
Olyvianus Krismanto Atamou,S.Pd lahir di Sungai Kelik-Kalimantan Barat
1983. Pendidikan Terakhir S1 Pendidikan Biologi FKIP Universitas Nusa Cendana
Kupang lulus 2008. Menjadi Guru di lingkup Pemerintah Kabupaten Kupang tepatnya
pada SMP Negeri 3 Amfoang Selatan dari tahun 2010-2013, kemudian mutasi ke SMP
Negeri 2 Amabi Oefeto Timur sampai sekarang. Kontributor artikel pada koran
harian lokal Timor Express, Pemakalah Prosiding Seminar Nasional FKIP Undana
Tahun 2016 dengan Tema Peranan Teknologi Pendidikan dalam membangun Pendidikan
Karakter. IN Guru Pembelajar IPA SMP Kab. Kupang 2016-sekarang. FB: Krismanto
Atamou, WA.082247867208, HP. 085239334400, e-mail : krismanto124@gmail.com, blog:
literasiguru2.blogspot.co.id.
Langganan:
Postingan (Atom)