Senin, 28 Maret 2022

“Kail” dari Presiden Jokowi






Oleh : Krismanto Atamou

 

Kehadiran Presiden Jokowi di NTT yang sudah dua belas kali merupakan angin segar bagi masyarakat NTT. Ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi sangat peduli terhadap daerah yang selama ini termarjinalkan oleh pemerintahan sebelumnya.

Tidak hanya bicara, Presiden Jokowi betul-betul membuat aksi nyata bagi masyarakat NTT. Ada kampus Politeknik Ben Mboi di Belu, ada beberapa bendungan air besar, ada SPAM Kali Dendeng, beberapa taman kota di Kupang, bantuan bencana kala Seroja 2021 lalu, dan masih banyak lagi aksi nyata beliau.

Seolah ada temali di hati Presiden yang terhubung kuat dengan masyarakat NTT. Setiap ada jeritan dan keluhan masyarakat NTT langsung bisa dirasakan beliau lalu beliau memberikan jawaban yang komprehensif. Ibarat kata, ketika rakyat NTT meminta ikan, beliau memberikan kail agar kita (masyarakat NTT) bisa memancing ikan berapapun semampu kita.

Untuk itu, berbagai pembangunan fisik maupun non fisik yang telah diberikan Presiden Jokowi kepada masyarakat NTT mestinya dipandang sebagai kail pembangunan. Sengaja saya memilih istilah kail untuk mengumpamakan bantuan Presiden Jokowi. Saya yakin bantuan beliau itu bukanlah tujuan. Bantuan itu seperti kail atau alat pancing untuk dipakai memancing pembangunan berkelanjutan di NTT.

 

Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat

Presiden Rwanda Paul Kagame dalam sebuah wawancara menyebut bahwa sebuah negara akan maju dan berkembang apabila pemerintah dan rakyat bekerja sama untuk benar-benar memenuhi harapan dan aspirasi rakyatnya. Kata kuncinya ialah bekerja sama atau kemitraan antara pemerintah dan rakyat.

Saat ini, Pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden Jokowi telah hadir dan bermitra dengan masyarakat NTT. Setiap jeritan aspirasi telah beliau dengar dan jawab dengan jawaban yang tidak sekedar gula-gula, sekali hisap lalu sirna. Presiden Jokowi memberi “kail” terbaik, yaitu alat yang dapat kita pakai berkali-kali untuk menangkap “ikan” pembangunan di segala sektor.

Semisal dalam masalah stunting, tidak hanya perbaikan gizi anak, tetapi Presiden Jokowi bahkan sudah berpikir visioner untuk mempersiapkan calon pengantin sebelum menikah lalu hamil. Pemikiran ini beliau sampaikan saat kunjungan kerja ke kabupaten Timor Tengah Selatan beberapa hari lalu.

Memang lebih baik mencegah stunting daripada mengatasinya. Pemikiran Presiden Jokowi ini merupakan bantuan atau kail non-fisik bagi masyarakat NTT. Jika pemikiran baik ini kita biarkan berlalu, ibarat masuk telinga kiri keluar telinga kanan, maka masalah stunting rasanya sulit untuk sirna dari bumi Flobamorata.

Masalah stunting bukanlah masalah sederhana. Menyelesaikannya perlu kemitraan pemerintah, masyarakat, institusi agama, relawan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta, dan berbagai pihak terkait. Semisal dalam Institusi Gereja, kursus atau penggembalaan pasangan nikah sebaiknya ditambah materi pengentasan stunting bekerjasama dengan pihak yang kompeten. Semisal orang tua di rumah memberi teladan dan pengertian baik perihal stunting sebelum anak memasuki kehidupan rumah tangganya sendiri. Jadi, pemerintah tidak berjalan sendiri dalam mengentas stunting. Inilah yang namanya kemitraan.

 

Ragam Manfaat

Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Pepatah ini tepat untuk menggambarkan ragam manfaat dari infrastruktur bantuan pemerintah pusat yang menjadi kail pembangunan bagi masyarakat NTT. Semisal bendungan air tidak semata-mata dipakai untuk pengairan lahan pertanian, tetapi juga antara lain dapat dipakai menjadi kail pembangunan bagi sektor wisata, pertanian, pendidikan, ekonomi, dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Hari Minggu lalu saya mengunjungi keluarga di seputaran Desa Raknamo. Menjelang sore seorang pemuda dari keluarga tersebut pamit membawa kamera digital. Kata orang tuanya, sang pemuda bersama beberapa teman menyediakan jasa fotografi bagi pengunjung bendungan Raknamo. Di akhir pekan saat banyak wisatawan yang datang, penghasilan mereka meningkat.

Ada banyak peluang usaha yang akan subur di berbagai tempat wisata. Sebab untuk membuka suatu usaha yang kelak berkembang, selain diperlukan lokasi yang bagus, hal berikutnya ialah lalu lintas yang tinggi di tempat tersebut. Saya kira itulah alasannya Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menjadikan pariwisata sebagai penggerak utama pembangunan di NTT.

Contoh praktis ialah bendungan Raknamo, sejak dibuka untuk umum, ada banyak warga berwisata ke sana. Fenomena ini mengingatkan saya pada salah satu materi stand up comedy Arie Kriting. Ia menyebut di Indonesia Timur itu warga menganggap biasa tempat wisata alam, justru yang menjadi tempat wisata istimewa ialah jalan raya baru. Ini karena saking rindunya warga di Indonesia Timur terhadap pembangunan infrastruktur. Kerinduan ini telah dijawab Presiden Jokowi. Dan hasil ikutannya mulai terlihat dari bertumbuhnya kios, warung, dan berbagai tempat usaha baru di sepanjang jalan menuju bendungan Raknamo.

Kini sudah saatnya NTT bangkit dan NTT sejahtera sebagaimana slogan politik Gubernur dan Wakil Gubernur NTT saat ini. Memanfaatkan kail pembangunan dari Presiden Jokowi saya rasa kita dapat lebih cepat mengail kemajuan pembangunan di berbagai sektor, lalu mematahkan stigma Nanti Tuhan Tolong atau Nasib Tidak Tentu.

Senin, 21 Maret 2022

Memuliakan Bambu

Memuliakan Bambu
Oleh : Krismanto Atamou
 
Rabu, 16 Maret 2022 lalu saya melihat postingan menarik di halaman Facebook Viktor Bungtilu Laiskodat milik Gubernur Nusat Tenggara Timur (NTT). Dengan tagar NTT Bangkit dan sejahtera beliau memaparkan kemuliaan bambu dari segi fungsional, ekonomi, dan ekologis.  
Postingan ini mengingatkan kehidupan masa kecil saya yang tidak lepas dari peranan bambu. Saat itu saya mengisi waktu liburan dengan tinggal bersama kakek-nenek di Murafui, sebuah kampung lama di wilayah pegunungan pulau Alor. Saat menimba air dari kali untuk dibawa ke rumah, saya dan nenek menggunakan wadah dari tiga ruas bambu petung. Untuk membawanya, ada tali hutan yang diikat ke bagian tengah wadah bambu. Tali itu nantinya dilingkar ke atas kepala seperti orang memikul bakul.
Saat memasak daging hasil buruan kakek, selain direbus atau dibakar, ada juga yang dilemang. Caranya yaitu potongan daging yang sudah dibumbui dimasukkan ke dalam seruas bambu muda lalu dipanggang hingga matang. Terkadang memasak nasi pun dengan cara dilemang menggunakan bambu. Hasil masakannya selain enak juga aromanya khas menawan. Ada banyak cerita kehidupan tradisional yang diwariskan dari leluhur saya tidak terlepas dari peranan bambu.
Material bangunan tradisional orang Abui yang mendiami sebagian pegunungan pulau Alor hampir didominasi oleh bambu. Mulai dari struktur tiang, tangga, pintu, jendela, dinding, lantai, rangka atap, hingga terkadang atap pun terbuat dari bambu. Tidak hanya untuk rumah tinggal, gudang atau lumbung pangan, kandang dan tempat makanan hewan pun terbuat dari bambu.
Masih banyak lagi kegunaan bambu. Semisal, alat berburu yaitu busur terbuat dari bambu. Alat perangkap tikus di kebun, wadah penimba dan penyimpan air terbuat dari bambu. Alat musik, balai-balai, tempat tidur, kursi, meja, pagar halaman, gelas, tempat penyimpanan benih, bakul, dan berbagai kerajinan anyaman terbuat dari bambu. Para-para pemanggang kemiri, keladi, pinang iris, kopra, kopi, dan pemanggang semua hasil bumi terbuat dari bambu.
Tidak heran jika tanaman bambu memiliki hubungan erat dengan peradaban masyarakat asia, termasuk Indonesia. Semisal pada beberapa daerah pegunungan di Alor, kampung lama tempat leluhur dulu tinggal terletak di puncak atau punggung gunung yang sekelilingnya ditanami bambu. Menurut tetua, rumpun bambu yang mengelilingi kampung merupakan benteng alami dari hembusan angin kencang, ancaman tanah longsor, maupun dari serbuan musuh. Bambu yang sudah tua dimanfaatkan sebagai sumber material yang multiguna bagi kehidupan. Beberapa darah di Indonesia memanfaatkan tunas muda bambu sebagai sayur (rebung).
Dalam kehidupan modern, bambu tetap menjadi primadona. Bahkan pada 2018 lalu ada karya seni berbahan bambu seharga 550 juta rupiah di ibukota Jakarta. Alat-alat musik modern pun ada yang berbahan bambu, misalnya alat musik perkusi. Salahsatunya dapat kita tonton pada channel Youtube Geogerhana dimana pemainnya mengiringi lagu Maju Tak Gentar ciptaan Cornel Simanjuntak.
Pada postingan yang sama di halaman facebook Gubernur NTT tadi, beliau menantang pengrajin bambu untuk membuat topi dari bambu seperti topi yang sedang ia pakai. Beliau menyebutkan bahwa dunia sedang beralih dari penggunaan kayu ke bambu. Dari segi ekonomis, bambu mudah ditanam dan bertahan di musim kemarau serta dapat diolah menjadi aneka kerajinan bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan dari segi ekologi, bambu berperan penting dalam konservasi air dan lahan.  
Beliau juga menyebut bahwa kedepan bambu akan dipakai sebagai bahan baku utama. Mulai dari piring, meja, mobil, pakaian, sampai material konstruksi gedung terbuat dari bambu. Bahkan ke depannya tenunan Sumba bisa dibuatkan dari bambu. Sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), maka bambu yang ditanam bersamaan dengan padi di sawah, diharapkan tujuh tahun dari sekarang kita bisa memanen 200 ribu ton bambu, dengan tetap melestarikan tanaman bambu yang lebih muda. Tentunya perlu kolaborasi dari Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, dan sektor terkait lainnya.
Institut Pertanian Bogor (IPB) pernah meneliti tentang pembuatan Bambu Oriented Strand Board (BOSB). BOSB merupakan papan berkekuatan tinggi yang terbuat dari partikel bambu berbentuk untaian (strand). BOSB dapat digunakan sebagai bahan konstruksi perumahan, semisal menjadi lapisan dinding rumah. Pemilihan bambu karena merupakan salah satu sumber daya yang melimpah di Indonesia dan memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Di luar negeri, parket bambu telah lama dan banyak digunakan sebagai lantai rumah.
Jadi bambu adalah multiguna bagi kehidupan. Setiap kita paling tidak mesti berterima kasih kepada bambu yang telah berjasa bagi kehidupan. Bahkan kabarnya, pejuang kemerdekaan Indonesia dulunya mengalahkan penjajah menggunakan senjata bambu runcing.  
Dilihat dari segala kebermanfaatan ini, sudah saatnya bambu perlu dibudidaya dan dimuliakan. Saya mengapresiasi beberapa pegiat atau pengrajin yang telah melakukan langkah ini, semisal Ose Maniyeni dengan akun facebook Ose Alor, Plipus Dado Tukan dari Flores Timur (adobaladesa.id), dan masih banyak lainnya.
Jika dulu bambu dijadikan senjata mengusir penjajah asing, maka sekarang sudah saatnya bambu dijadikan senjata untuk mengusir kemiskinan, dan secara tidak langsung mengusir pola pembangunan yang tidak ramah lingkungan dari bumi Indonesia. Semoga.
 

Selasa, 08 Maret 2022

Menghadapi Gibah Terkait Covid-19

Oleh : Krismanto Atamou

Menyandang status sebagai pasien Covid-19 (C-19) tidak mudah bagi sebagian orang. Ini seolah memiliki aib atau sesuatu yang tabu. Pasalnya dalam posisi ini, pasien mesti menghadapi kenyataan dimana nama pasien menjadi buah bibir orang tertentu.
Informasi perihal orang tervonis positif C-19 begitu cepat menyebar. Itulah yang saya alami beberapa hari lalu. Siang itu saya berobat batu-pilek ke Puskesmas. Sebelum bertemu dokter, saya diminta tes swab antigen di laboratorium puskesmas. Hasilnya positif C-19. Setelah bertemu dokter dan mengambil obat, saya pulang. Sore harinya, cerita perihal status saya itu sudah menyebar luas di kompleks tempat tinggal saya dan akhirnya sampai juga ke telinga saya. “Wah, cepat juga mulutgram orang-orang,” saya kagum.

Mulutgram
Fenomena menyebarnya berita secara cepat via mulut dari satu orang ke orang lain saya sebut dengan istilah mulutgram. Bagi saya, fenomena mulutgram ada positifnya. Ini semacam kontrol sosial dalam masyarakat. Ketika seseorang mau berbuat sesuatu, ada pertimbangan: apa kata orang atau nanti orang bilang apa? Dan dalam hal pandemi C-19, dengan mulutgram otomatis melahirkan penanda keberadaan pasien C-19. Penandaan ini kemudian berfungsi melahirkan kewaspadaan untuk mencegah penularan C-19, membangun simpati dan empati kepada pasien C-19.
Di sisi lain, sayangnya mulutgram berita keberadaan pasien C-19 juga memiliki sisi negatif. Semisal nama pasien C-19 digibah lalu dikucilkan. Demi menghindari gibah dan bernasib miris seperti ini, beberapa orang malah takut ke fasilitas kesehatan (faskes) untuk berobat.
Ada banyak gibah terkait pandemic C-19, namun kali ini saya hanya menyebut beberapa. Satu, hasil tes positif itu dimanipulasi karena proses tes tidak dilakukan secara transparan.  
Dua, dana penanggulangan C-19 berpeluang diselewengkan. Semisal untuk semua pasien C-19 yang isolasi mandiri (isoman) di rumah, itu harusnya ada bantuan konsumsi dan keperluan lain selama isoman. Tapi hanya sebagian pemerintah desa atau kelurahan yang melakukannya, sedangkan yang lainnya tidak.
Tiga, ada permainan. Mana mungkin semua orang yang pergi ke faskes dipaksa tes swab dan semuanya positif? Orang dengan penyakit lain juga mereka vonis C-19. Ini yang bikin orang sakit trauma lalu tidak mau periksa ke faskes, takut terdeteksi C-19. Alhasil mereka berobat sendiri. Lihat saja di apotek-apotek, ada banyak orang membeli obat sendiri sampai antrean panjang.
Empat, alat tes C-19 perlu ditera ulang. Pasien dites antigen C-19 dengan alat test yang tidak valid sehingga hasilnya selalu positif. Jangan-jangan alat test malah mendeteksi vaksin yang telah diterima pasien sebelumnya dan membacanya sebagai positif C-19. Semua gibahan ini tentu perlu diklarifikasi.

Disclaimer
Saya tidak pada posisi yang bisa mengklarifikasi semua gibahan tadi. Namun berdasarkan pengalaman dan penelusuran referensi, saya ingin menyampaikan disclaimer terhadap gibahan tadi.
Satu, dokter dan petugas bagian lab yang melayani saya beberapa hari lalu memikul beban berat. Saat berbincang dengan mereka, saya merasakan kewaspadaan yang tinggi atas resiko pekerjaan mereka. Namun itu sudah menjadi konsekuensi pekerjaan sebagai tenaga kesehatan. Dan mereka telah mengambil sumpah jabatan untuk bekerja seprofesional mungkin. Tidak mungkin mereka bermain-main dengan keselamatan nyawa manusia. Meski dalam pelaksanaan, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Semisal lambatnya hasil Swab PCR bayi 7 bulan yang meninggal di RSUD SK Lerik Sabtu lalu (Victory News, 7 Maret 2022).
Dua, semua alat yang dipakai di faskes telah melalui serangkaian ujian untuk mengetes  kelayakannya sebelum dilepas dari pabrik dan dipakai di faskes. Selain itu ada aturan yang mengontrol secara ketat prosedur pengadaan alat-alat kesehatan.
Tiga, penyelewengan dana penanganan C-19 kalau ada maka hanyalah ulah oknum. Pemerintah telah berupaya mengawal dana ini hingga terealisasi dengan baik. Ketika status saya positif C-19, pemerintah desa Kuimasi Kabupaten Kupang mengutus petugas untuk mengantarkan bantuan konsumsi dan beberapa perlengkapan. Bantuan kepada saya ini tentu berasal dari dana penanggulangan C-19 yang direalisasikan dengan baik.
Empat, tidak perlu takut berobat ke faskes. Penentuan status positif covid-19 melalui tes yang valid. Saya sendiri minggu sebelumnya dites hasilnya negatif. Kita perlu sportif untuk mengakui hasil tes positif sebagaimana saat hasilnya negatif.
Bagaimana pun, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Oleh karena itu, jangan takut ke faskes dan tetap menjaga protokol kesehatan. Jika seseorang menyandang status positif C-19, bagi saya itu bukanlah aib yang memalukan dan perlu disembunyikan. Biarkan orang lain tahu lalu waspada, biarkan tenaga kesehatan dan aparat pemerintah (Satgas Covid-19) tahu agar memberi pelayanan yang baik. Sekian.