Senin, 21 Maret 2022

Memuliakan Bambu

Memuliakan Bambu
Oleh : Krismanto Atamou
 
Rabu, 16 Maret 2022 lalu saya melihat postingan menarik di halaman Facebook Viktor Bungtilu Laiskodat milik Gubernur Nusat Tenggara Timur (NTT). Dengan tagar NTT Bangkit dan sejahtera beliau memaparkan kemuliaan bambu dari segi fungsional, ekonomi, dan ekologis.  
Postingan ini mengingatkan kehidupan masa kecil saya yang tidak lepas dari peranan bambu. Saat itu saya mengisi waktu liburan dengan tinggal bersama kakek-nenek di Murafui, sebuah kampung lama di wilayah pegunungan pulau Alor. Saat menimba air dari kali untuk dibawa ke rumah, saya dan nenek menggunakan wadah dari tiga ruas bambu petung. Untuk membawanya, ada tali hutan yang diikat ke bagian tengah wadah bambu. Tali itu nantinya dilingkar ke atas kepala seperti orang memikul bakul.
Saat memasak daging hasil buruan kakek, selain direbus atau dibakar, ada juga yang dilemang. Caranya yaitu potongan daging yang sudah dibumbui dimasukkan ke dalam seruas bambu muda lalu dipanggang hingga matang. Terkadang memasak nasi pun dengan cara dilemang menggunakan bambu. Hasil masakannya selain enak juga aromanya khas menawan. Ada banyak cerita kehidupan tradisional yang diwariskan dari leluhur saya tidak terlepas dari peranan bambu.
Material bangunan tradisional orang Abui yang mendiami sebagian pegunungan pulau Alor hampir didominasi oleh bambu. Mulai dari struktur tiang, tangga, pintu, jendela, dinding, lantai, rangka atap, hingga terkadang atap pun terbuat dari bambu. Tidak hanya untuk rumah tinggal, gudang atau lumbung pangan, kandang dan tempat makanan hewan pun terbuat dari bambu.
Masih banyak lagi kegunaan bambu. Semisal, alat berburu yaitu busur terbuat dari bambu. Alat perangkap tikus di kebun, wadah penimba dan penyimpan air terbuat dari bambu. Alat musik, balai-balai, tempat tidur, kursi, meja, pagar halaman, gelas, tempat penyimpanan benih, bakul, dan berbagai kerajinan anyaman terbuat dari bambu. Para-para pemanggang kemiri, keladi, pinang iris, kopra, kopi, dan pemanggang semua hasil bumi terbuat dari bambu.
Tidak heran jika tanaman bambu memiliki hubungan erat dengan peradaban masyarakat asia, termasuk Indonesia. Semisal pada beberapa daerah pegunungan di Alor, kampung lama tempat leluhur dulu tinggal terletak di puncak atau punggung gunung yang sekelilingnya ditanami bambu. Menurut tetua, rumpun bambu yang mengelilingi kampung merupakan benteng alami dari hembusan angin kencang, ancaman tanah longsor, maupun dari serbuan musuh. Bambu yang sudah tua dimanfaatkan sebagai sumber material yang multiguna bagi kehidupan. Beberapa darah di Indonesia memanfaatkan tunas muda bambu sebagai sayur (rebung).
Dalam kehidupan modern, bambu tetap menjadi primadona. Bahkan pada 2018 lalu ada karya seni berbahan bambu seharga 550 juta rupiah di ibukota Jakarta. Alat-alat musik modern pun ada yang berbahan bambu, misalnya alat musik perkusi. Salahsatunya dapat kita tonton pada channel Youtube Geogerhana dimana pemainnya mengiringi lagu Maju Tak Gentar ciptaan Cornel Simanjuntak.
Pada postingan yang sama di halaman facebook Gubernur NTT tadi, beliau menantang pengrajin bambu untuk membuat topi dari bambu seperti topi yang sedang ia pakai. Beliau menyebutkan bahwa dunia sedang beralih dari penggunaan kayu ke bambu. Dari segi ekonomis, bambu mudah ditanam dan bertahan di musim kemarau serta dapat diolah menjadi aneka kerajinan bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan dari segi ekologi, bambu berperan penting dalam konservasi air dan lahan.  
Beliau juga menyebut bahwa kedepan bambu akan dipakai sebagai bahan baku utama. Mulai dari piring, meja, mobil, pakaian, sampai material konstruksi gedung terbuat dari bambu. Bahkan ke depannya tenunan Sumba bisa dibuatkan dari bambu. Sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), maka bambu yang ditanam bersamaan dengan padi di sawah, diharapkan tujuh tahun dari sekarang kita bisa memanen 200 ribu ton bambu, dengan tetap melestarikan tanaman bambu yang lebih muda. Tentunya perlu kolaborasi dari Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, dan sektor terkait lainnya.
Institut Pertanian Bogor (IPB) pernah meneliti tentang pembuatan Bambu Oriented Strand Board (BOSB). BOSB merupakan papan berkekuatan tinggi yang terbuat dari partikel bambu berbentuk untaian (strand). BOSB dapat digunakan sebagai bahan konstruksi perumahan, semisal menjadi lapisan dinding rumah. Pemilihan bambu karena merupakan salah satu sumber daya yang melimpah di Indonesia dan memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Di luar negeri, parket bambu telah lama dan banyak digunakan sebagai lantai rumah.
Jadi bambu adalah multiguna bagi kehidupan. Setiap kita paling tidak mesti berterima kasih kepada bambu yang telah berjasa bagi kehidupan. Bahkan kabarnya, pejuang kemerdekaan Indonesia dulunya mengalahkan penjajah menggunakan senjata bambu runcing.  
Dilihat dari segala kebermanfaatan ini, sudah saatnya bambu perlu dibudidaya dan dimuliakan. Saya mengapresiasi beberapa pegiat atau pengrajin yang telah melakukan langkah ini, semisal Ose Maniyeni dengan akun facebook Ose Alor, Plipus Dado Tukan dari Flores Timur (adobaladesa.id), dan masih banyak lainnya.
Jika dulu bambu dijadikan senjata mengusir penjajah asing, maka sekarang sudah saatnya bambu dijadikan senjata untuk mengusir kemiskinan, dan secara tidak langsung mengusir pola pembangunan yang tidak ramah lingkungan dari bumi Indonesia. Semoga.
 

Tidak ada komentar: