Kamis, 21 April 2022

Paskah Yang Membebaskan



Oleh : Krismanto Atamou

 

Semarak Paskah baru saja dilewati. Pawai Obor, drama, fragmen, mencari telur paskah, anak-anak muda yang membakar lampu te’oek (pelita) di sisi-sisi jalan, banyak ucapan selamat paskah, semua akan berganti lagi dengan kehidupan sehari-hari lainnya.

Makna paskah telah dikumandangkan oleh pemuka agama. Bahwa paskah merupakan peristiwa penting dalam iman Kristen. Bahwa untuk hidup yang ideal, kita harus mati terhadap egoisme diri sendiri sebagaimana Kristus rela mati demi anugerah hidup kekal bagi umat-Nya. Bahwa kebangkitan Kristus adalah kemenangan atas kuasa dosa dan maut. Masih banyak renungan makna Paskah lainnya yang membuat kita tidak sekedar terlibat dalam ritual Paskah tetapi juga membangun kesadaran sikap spiritual selayaknya orang Kristen (pengikut Kristus).

 

Sang Mesias

Sebagai salah satu umat Kristen, saya tidak punya kapasitas untuk mengkhotbahkan ajaran Kristen. Namun sebagai umat, saya bisa merenungi beberapa nilai Kristiani yang disampaikan oleh pemuka-pemuka agama. Salah satunya ialah perenungan dalam bentuk puisi spiritual dalam buku berjudul Sang Mesias karya Pastor Fritz Meko.

Buku Sang Mesias ini dibedah pada 2 April 2022 lalu di hotel Cahaya Bapa kota Kupang. Saya mengikuti acara bedah buku ini lalu membelinya. Ada tiga puisi Pastor Fritz Meko dalam buku ini yang berkaitan dengan peristiwa Jumat Agung dan Paskah. Puisi berjudul Di Bukit Tengkorak, Kematian Sang Mesias, dan Kebenaran Terbukti. Ada sebuah bait menarik dari puisi berjudul Di Bukit Tengkorak:

“Sang Mesias tergantung diam

Duka dan perih menyatu dalam kesetiaan-Nya

Para prajurit memandang sinis

Mengolok dan menggugat kuasa Sang Mesias

Seorang penjahat menata rasa di balik ketulusan-Nya

Sementara yang lain menata rasa di balik keculasan.”

Dari puisi ini saya menemukan dua kata yang Pastor Fritz Meko pakai untuk mendeskripsikan kecenderungan umum sikap manusia saat menghadapi sebuah persoalan. Kedua kata itu ialah: tulus dan culas.

Dari bait puisi yang terinspirasi dari kitab Injil ini, baris yang lebih menarik bagi saya ialah “Seorang penjahat menata rasa di balik ketulusan-Nya”. Ini menarik karena yang menata rasa berdasarkan ketulusan Sang Mesias ialah seorang penjahat, bukan orang “yang lain” di baris terakhir bait puisi tadi. Siapa “yang lain” itu? Yang jelas bukan kelompok penjahat. Apakah itu berarti orang baik (bukan penjahat)? Mungkin. Lalu, mengapa demikian?

Merenungi dua baris terakhir dari bait puisi ini mengingatkan saya pada khotbah Pdt. Naek Situmorang,M.Th di channel YouTube-nya. Dalam khotbah itu disebut juga perkataan Sang Mesias dalam Matius 9: 13 yaitu “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Orang yang berdosa adalah orang-orang yang menjadi prioritas bagi Allah untuk diselamatkan.

 

Kasih Allah

Pada khotbah Paskah di GMIT Efrata Oelamasi, Minggu 17 April 2022, Pdt. Matheos Leonard Hendrik Kesar,S.Si-Teol menyampaikan khotbah dengan tema Tak Terpisahkan Dari Kasih Allah. Gereja Efrata Oelamasi ini merupakan tempat saya berjemaat, berada di Desa Kuimasi, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang. Pembacaan Alkitab pada khotbah Paskah di gereja ini terambil dari Lukas 24: 1-12 dan Roma 8: 38-39.

Dalam uraian khotbahnya, Pdt. Matheos menyampaikan bahwa sukacita Paskah kali ini harusnya setara dengan sukacita perayaan Natal di bulan Desember. Hal ini mengingat bahwa ada karya keselamatan yang Tuhan Allah telah lakukan bagi umat manusia. Apapun kondisi dan pergumulan umat manusia, karya keselamatan Tuhan siap dinyatakan sepanjang umat manusia mau percaya dan terus beriman pada-Nya.

Pdt. Matheos mengambil contoh kisah para murid yang sempat tidak stabil pasca penyaliban Sang Mesias. Namun setelah kebangkitan Sang Mesias, iman mereka dibebaskan dari ketidakstabilan lalu mereka berani mengabarkan injil. Bahkan Thomas, murid yang paling ragu-ragu pun akhirnya percaya. Oleh karya Tuhan, rasa takut dapat diubah menjadi keberanian dan sukacita. Umat dibebaskan dari kondisi tak berpengharapan menjadi berpengharapan akan masa depan yang lebih baik.

Ada banyak kesaksian dimana Tuhan mampu memberi kebebasan bagi umat-Nya. Salah satunya saya saksikan dari kehidupan seorang bapak anggota gereja. Ia harus cuci darah secara rutin, mengikuti rentetan pengobatan untuk setiap penyakit yang dimiliki. Untuk menangani penyakitnya, tim dokter harus mengadakan rapat demi menentukan penyakit mana yang lebih dahulu ditangani dan bagaimana pembagian kerja dari tiap-tiap dokter. Hal ini mesti dilakukan karena sang bapak tersebut divonis dokter memiliki komplikasi penyakit.

Dalam pandangan manusia, sang bapak mungkin tidak bisa tertolong lagi. Bahkan saya pernah memimpikan beliau telah meninggal dunia. Namun mimpi ini urung saya utarakan karena dapat berdampak negatif yaitu menurunkan harapan hidup sang bapak. Meski beberapa tetua mengatakan bahwa kalau mimpi orang mati artinya besok tidak hujan atau orang yang mati dalam mimpi tersebut akan berumur panjang.

Dengan dukungan BPJS, partisipasi sanak keluarga, anggota jemaat, dan dukungan doa dari pendeta Gereja Efrata Oelamasi, sang bapak tekun melakukan pengobatan di rumah sakit. Saat di rumah sakit sang bapak menyaksikan beberapa pasien di sisinya akhirnya meninggal dunia. Sang bapak terus berdoa dan berharap kepada Tuhan.

Kini kondisi sang bapak mulai membaik dan memasuki pengobatan tahap akhir. Dalam suatu kesempatan di antara para jemaat, ia bersaksi tentang pertolongan Tuhan yang nyata dan ajaib. Ia lalu menangis bahagia. Tuhan secara perlahan-lahan membebaskannya dari berbagai penyakit.

Kesaksian hidup sang bapak ini sesuai dengan pesan akhir khotbah Paskah dari Pdt. Matheos. Ia menyampaikan bahwa Kristus ada dalam setiap warna kehidupan kita. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Kasih Allah. Melalui peristiwa Paskah ada Kuasa dan Karya Keselamatan Tuhan yang mampu membebaskan kita dari segala ketidakberdayaan.

Selamat menikmati dan merayakan paskah bagi seluruh umat Kristen di manapun berada. Salam.


Tidak ada komentar: