Sabtu, 02 November 2019

HANYA RINDU

Oleh : Krismanto Atamou

“Pa ..., tolong ke sini sebentar, Pa!” Kau memanggil dari tempat cuci pakaian.
“Ada apa, Ma ...?”
“Ini Pa, ada lubang kecil di kaki celana panjang Papa. Kena rokok ya, Pa?”
“Ia, biasalah, Ma. Risiko perokok. Tidak sengaja kalau nyala rokok telah menyentuh celana,” jawabku.
“Lain kali kalau merokok hati-hati ya, Pa. Biar celana Papa tidak bolong-bolong lagi,” katamu sambil tersenyum. Senyum yang paling manis. Senyum itulah yang membuat aku jatuh cinta sekira dua puluh tahun yang lalu.
Kala itu kau hadir di saat hati ini membutuhkan kesejukan di tengah panasnya kota. Ah, senyummu itu. Senyum yang menggambarkan kerendahan hati, ketabahan, dan kepedulian yang tulus ikhlas. 
“Syalom, Nona.”
“Syalom juga, kakak,” jawabmu.
Panas siang itu hanyalah terasa di kulitku saja. Jauh di dalam hati terpancar luapan mata air sejuk yang menyejukkan hati dan jiwaku, itu karena senyummu.
“Nona, ada dua kata yang ingin aku sampaikan,” kataku sambil menatap matamu dalam-dalam. Kita berteduh di bawah atap gereja tua.
“Apa itu, kak?”
“Aku cinta kamu,” kataku tanpa mengedipkan pandangan pada matamu.
“Ah, itu kan ada tiga kata, kak?”
“Ya, tiga kata yang menjadi dua kata karena kata ‘aku’ dan ‘kamu’ akan menjadi satu kata yaitu ‘kita’.”
“Hahaha ..., kakak ini ada-ada saja.” Tawamu lepas saat itu. Kau tersipu malu, wajahmu memerah.
“Aku butuh tanggapanmu, Nona.”
“Maksud kakak?”
“Ya, aku butuh tanggapan kamu.”
“Tanggapan apa, kak?” katamu berkelit berupaya menyembunyikan kegugupanmu.
“Ok. Aku ulangi lagi. Aku cinta kamu, nona. Apakah kau mau menjadi istriku yang sah di hadapan agama, adat, dan pemerintah? Apakah jawabanmu nona?” kataku sedikit mengutip perkataan yang sering kuucapkan di dalam pekerjaanku sebagai pelayan Sang Khalik.
Kau terdiam seribu bahasa. Pandangan matamu nanar menyapu sekeliling. Mengira kau ragu, maka aku berupaya meyakinkanmu dengan kata-kata ini: “Jangan takut nona. Di dalam pekerjaanku, wajib hukumnya aku menjadi teladan baik bagi orang lain. Dan itu yang telah dan akan aku lakukan terus. Soal berkat, janganlah kau ragu. Aku melayani Sang Khalik yang menciptakan alam semesta ini. Ia sangat kaya dan selalu berbaik hati untuk menyediakan kebutuhan umat-Nya.”
“Kau tahu, Ia pernah berkata: ‘Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.’ Kau tahu ..., semuanya! Saat itu ia berbicara tentang kebutuhan hidup manusia. Kata ‘semuanya’ yang Ia maksud ialah semua kebutuhan hidup kita. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi keraguan, sepanjang kita hidup berkenan kepada-Nya,” lanjutku.
Wajahmu masih memerah. Sesekali kau mencuri pandang padaku lalu kau lanjutkan dengan tatapan yang tajam. Tatapan yang langsung menusuk ke dalam relung hatiku.
“Jadi bagaimana nona? Apakah kau mau menjadi istriku yang sah?” tanyaku sekali lagi.
Sambil menatap mataku dengan tatapan yang tidak biasa, dengan sorot mata yang berbinar, kau mengangguk perlahan sambil menyimpul senyum. “Ah, senyum itu lagi,” kata jiwaku. 
Aku membaca anggukanmu sebagai tanda setuju atau jawaban ‘ya’ darimu. Tak lupa mengucap syukur untuk jawaban atas pergumulanku agar mendapatkan ‘ya’ darimu, aku langsung mengajakmu berdoa mengucap syukur. Itulah doa bersama yang kita berdua lakukan pertama kalinya.
“Pa, ke sini dulu, Pa!” suaramu memanggil lagi dan lagi dari tempat cuci pakaian atau tempat menyetrika pakaian.
“Ada apa, Ma?”
“Ini ada lubang di baju Papa,” katamu sambil menunjukkan baju yang berlubang akibat tersedut bunga api rokok yang kuhisap.
“Maafkan aku, Ma. Aku tidak sengaja,” kataku.
Begitulah seterusnya hingga memasuki tiga bulan usia pernikahan kita. Kemudian aku mulai sadar bahwa sebenarnya pemberitahuanmu tentang lubang bekas rokok di pakaianku adalah bentuk teguranmu secara halus. 
Secara tidak langsung kau ingin membuatku sadar dan berhenti merokok. Mirip usaha tidak langsung pemerintah untuk memperbaiki hasil nilai ujian nasional peserta didik yang cenderung rendah terus di beberapa daerah. Ada penguatan kepala sekolah dengan sebagian pesertanya tidak mampu menggunakan komputer atau laptop. Ada program peningkatan kompetensi pembelajaran dengan sebagian peserta adalah guru honorer yang kesejahteraannya rendah namun dituntut profesional. Ada program sertifikasi guru namun sebagian guru profesional itu tak pernah sekalipun membeli buku untuk meningkatkan ilmu. Ada pelatihan-pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, ada dana BOS kinerja dan dana BOS afirmasi. Ada banyak dana proyek pendidikan yang digelontorkan pemerintah, katanya untuk meningkatkan sumber daya manusia praktisi pendidikan. 
Ya, semoga saja usaha pemerintah itu berhasil seberhasil kau menghentikan kebiasaan merokokku. Semoga saja slogan di kaos pelatihan seorang guru yang bertuliskan #TURN BACK STUPID tidak sekedar slogan atau gaya-gayaan momen pelatihan semata. Semoga saja dana proyek penanggulangan kebodohan yang begitu besar tidak sekedar proyek semata dengan slogan mulia. Ya, kemuliaan yang dijual untuk sebuah proyek.
Akan tetapi tidak begitu dengan kau. Kemuliaan senyummu begitu tulus dan ikhlas. Saat tak pernah sekalipun kau mendapat jatah perjalanan dinas, kau tetap tersenyum. Sementara ada orang lain yang tidak bisa tersenyum kalau tidak lagi dan lagi mendapat jatah perjalanan dinas. Pulang dari perjalanan dinas, orang-orang itu hanya bercerita soal pasiar di tempat wisata sekitar lokasi kegiatan atau cerita reuni sesama anggota kegiatan. Sementara, hasil kegiatan tak pernah ada tidak lanjut walaupun sudah direncanakan muluk-muluk. Saat kepala dinasmu memberikan jatah perjalanan dinas, kau sudah lebih dahulu berpulang ke surga.
Dua hari sebelum kau berpulang, kau sempat melayat ke rumah duka keluarga kita yang meninggal dunia. Pagi itu kau menangis tersedu-sedu di rumah duka. Entah itu pertanda kepergianmu atau memang kau menangisi almarhumah yang adalah gadis periang dan penebar senyum seperti dirimu. Kau turut membantu mempersiapkan ruangan tamu tempat jenazah akan disemayamkan. 
Sore harinya kau dibonceng sanak kita menggunakan sepeda motor untuk pulang ke rumah. Saat itu aku masih memimpin doa untuk penggalian lubang kubur. Ketika doa selesai, ada informasi yang kudengar dari orang tentang kecelakaan seorang istri pelayan Tuhan. Aku berupaya memastikan. Benar saja, aku mendapatimu berada di ruang gawat darurat rumah sakit dalam kondisi lemah sekali. 
Sang dokter memanggil dua teman dokter lainnya untuk berupaya menyelamatkanmu. Beberapa jam kemudian kau dirujuk ke rumah sakit lain. Sekali lagi para dokter berupaya menyelamatkan nyawamu, tetapi Tuhan berkehendak lain. Kau dipanggil-Nya pulang ke surga meninggalkan aku dan dua orang anak terkasih kita.
Ada sebuah kejadian menjelang pemakamanmu. Peti jenazahmu sempat tertahan sebentar di pintu rumah kita lantaran kurang koordinasi antara protokoler dinas tempatmu bekerja dan keluarga kita. 
Saat itu peti jenazahmu masih berada di atas tempat tidur, di ruang tamu rumah kita. Secara simbolis keluarga menyerahkan jenazahmu kepada dinas untuk dilakukan upacara pemakamanmu secara kedinasan. Keluarga kita mengusung peti jenazahmu untuk diserahkan di depan pintu rumah. Namun sayang, acara protokoler belum sampai pada pemasangan bendera di atas peti jenazahmu untuk diusung ke pusara. Akhirnya peti jenazahmu sempat tertahan hampir semenit untuk koordinasi dan kemudian diletakkan sementara di atas barisan bangku, di teras rumah kita.
Seorang aparat berpakaian dinas lengkap marah karena acara berjalan tidak lancar. “Seharusnya ada koordinasi pihak protokoler dinas dengan keluarga sebelum acara mulai,” kata seseorang. “Harusnya keluarga tidak mengangkat peti jenazahmu lagi karena sudah diserahkan secara simbolis ke pihak dinas,” kata orang yang lain.
Akan tetapi, dari kejadian itu aku tahu bahwa kau ada di hati keluarga kita. Mereka ingin mengantarkan kepergianmu walau sesaat saja, sebelum para pegawai dinas itu mengantarmu ke pusara. 
 Hidup memang penuh misteri. Rasa-rasanya kau dipanggil Tuhan bersama gadis alim dan periang itu begitu cepat. Seorang pelayat berkata: “Orang yang hidupnya alim itu akan lebih berat tantangan hidupnya dibanding dengan orang yang hidupnya setengah alim. Bahkan orang yang alim dan terlalu baik itu dipanggil Tuhan lebih cepat dibanding orang lainnya, entah kenapa.” Seorang pelayat lain berkata: “Orang-orang yang alim dan terlalu baik itu dipanggil Tuhan lebih cepat agar segera beristirahat dari dunia yang fana.”
Aku kira pandangan para pelayat itu sangat subjektif. Jika pandangan itu benar, tentu orang akan lebih memilih hidup setengah alim untuk menghindari tantangan hidup yang berat. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Kematian bisa datang kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja, baik pada orang alim, setengah alim, atau orang tidak alim sekalipun. Hanya Tuhan yang tahu, sebab itu semua ada di bawah Kedaulatan-Nya. Aku hanya bisa menguatkan hati untuk berserah kepada Kehendak-Nya.
Kini, potretmu tergantung bisu di dinding ruang tamu. Senyum di wajahmu tak pernah pudar meski potret itu mulai usang termakan usia. Semilir angin di awal musim hujan ini seakan ingin menyadarkanku pada saat yang sama setahun lalu.
Banyak tangisan mengiringi kepergianmu kala itu. Aku berupaya menahan haru. Sesak dada ini terasa. Air mata tak akan bisa mengembalikanmu ke panggung dunia yang penuh realita maupun sandiwara. Ada orang yang berjujur kata meski menanggung konsekuensi pahit, ada yang bersilat kata demi kenyamanan semata. Hukum diputar balikkan sesuka jiwa, pasal karet dimainkan semau mereka. Itulah pengadilan dunia yang tak mungkin menyamai kemurnian pengadilan Tuhan kita.
Kau telah menjalani hidup dengan baik. Kebaikanmu terpatri di dalam hati setiap orang yang pernah mengenalmu. Tak muluk-muluk, kebaikan itu kau patri dari hal-hal yang sederhana. Semisal keramahanmu yang tulus dan iklas itu. Kini yang tertinggal hanyalah rasa rindu padamu. Rindu pada senyummu.

Catatan : Cerpen ini dipersembahkan untuk mengenang mendiang Ibu Sutaryati Laupai dan Adik Febriyana Ena di Desa Kuimasi-Fatuleu.

1 komentar:

Marsya mengatakan...

AJO_QQ poker
kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 8 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66 (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856