Jumat, 25 Juni 2021

Digitalisasi dan Sinergitas Sektor Pariwisata NTT


Krismanto Atamou
Guru di Kabupaten Kupang, NTT 

 


 
Sektor pariwisata di Nusa Tengara Timur (NTT) perlahan bangkit kembali. Meski tantangan Pandemi Covid-19 dan badai Seroja menghadang, sektor pariwisata tetap memiliki peluang untuk bertumbuh. Ini dikarenakan orang selalu membutuhkan tempat untuk melepas kejenuhan, misalnya kejenuhan akibat Pandemi yang menyebabkan sebagian orang mesti selalu sekolah atau bekerja dari rumah. Saat seseorang melakukan suatu rutinitas yang cenderung menjenuhkan, maka dia butuh piknik/ wisata untuk mengurangi atau melepas kejenuhan.
Oleh karena itu beberapa tempat wisata mulai dikunjungi oleh wisatawan. Di Kabupaten Kupang destinasi alam menjadi salah satu pilihan pengunjung. Semisal air terjun Hono di Dusun Sublele, Desa Silu, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang mulai ramai dikunjungi. Para pengunjung berfoto ria lalu foto-foto itu mulai menghiasi banyak postingan di media sosial. Postingan di media sosial ini kemudia menarik minat netizen lainnya untuk turut berkunjung.
 
Promosi Digital
Dunia digital, semisal sosial media menjadi media yang sangat menjanjikan untuk mempromosikan sektor pariwisata NTT. Ini didukung dengan sangat banyaknya pengguna media sosial di Indonesia. Menangkap peluang ini, beberapa netizen secara sukarela membuat beberapa grup facebook untuk mempromosikan pariwisata di NTT, semisal: Promosi Wisata TTS, Promosi Wisata Kab. Kupang, Pesona Flobamora, dan masih banyak lainnya. Para anggota grup dengan sukarela memosting dokumentasi kunjungan mereka ke beberapa tempat pariwisata lengkap dengan keterangan tempatnya. Aksi spontanitas netizen seperti ini selain aktualisasi diri, juga wujud kebanggaan terhadap aset pariwisata lokal NTT.
Saat memenangkan kompetisi menulis ulasan pariwisata lokal di Nusaku.id pada 2017 lalu, penulis dihadiahi tour ke Labuan Bajo selama seminggu bersama tim PT Telkom Indonesia dari  Jakarta. Saat itu kami mengunjungi kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat dan bertemu dengan Kepala Dinas. Sang kepala Dinas mengakui pentingnya promosi digital. Ia mengisahkan bahwa ada penyedia penginapan skala kecil (rumahan) yang terkejut ketika tiba-tiba dikunjungi tamu dari warga negara asing. Ia mengakui itu tidak terlepas dari peran para travel blogger, para penulis ulasan wisata yang men-digitalisasi tempat-tempat pariwisata.
Kompetisi di Nusaku.id yang penulis ikuti kala itu bertujuan untuk menghimpun data dan ulasan berbagai tempat dan event pariwisata lokal alternatif. Dengan begitu, calon pengunjung bisa memiliki gambaran awal mengenai destinasi wisatanya. Data ini akan saling melengkapi dengan data dari penyedia paket wisata atau pemandu wisata. Jadi ada simbiosis mutualisme atau sinergitas untuk membangun sektor pariwisata lokal.  
Saat ini situs Nusaku.id sudah tidak aktif, sebagai gantinya PT Telkom Indonesia membuat portal cerita yang mirip Nusaku.id yaitu Wonderin.id. Wonderin.id merupakan platform digital untuk travel dan tourism Indonesia. Wonderin.id berperan sebagai penunjang Jaringan Pariwisata (JP) Hub yang dikembangkan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Republika.co.id, 27/5/2021).
 
Sinergitas
Dalam Konferensi Pers Gerakan Bangga Buatan Indonesia (GBBI) Flobamora di Gua Batu Cermin, Labuan Bajo (18/6/2021), Menkominfo Johnny G.Plate menyatakan pemerintah telah menyiapkan aplikasi super JPHub untuk mempercepat pelaku pariwisata, UMKM, dan Ultra Mikro masuk ke marketplace. JPHub akan terhubung dengan metode pembayaran digital cashless yang bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTT (kominfo.go.id). Sebelumnya (21/2/2021) Presiden Jokowi menyatakan bahwa JPHub akan menjadi pintu pengetahuan, pencarian, hingga pemesanan destinasi mulai dari tingkat provinsi hingga desa serta dilengkapi dengan atraksi wisatanya. Jadi dengan konektivitas yang merata di seluruh Indonesia, kerja-kerja sektor pariwisata tidak lagi menjadi kerja parsial yang sulit mendapatkan dukungan dari sektor lainnya, lalu tidak bisa berkembang.
Sudah waktunya sektor pariwisata dikembangkan bersinergi dengan sektor lainnya. Tidak bisa berdiri sendiri. Untuk itulah kita patut mengapresiasi kerja pemerintah yang berupaya mewujudkan sinergitas berbagai sektor. Sebagaimana diberitakan Victory News (VN), 18/6/2021 lalu bahwa BPD NTT mengembangkan UMKM melalui Festival Desa Binaan di Pulau Ternate, Kabupaten Alor. Event seperti ini tentunya dapat disinergikan dengan sektor pariwisata untuk menambah pemasukan ekonomi masyarakat. Dalam hal menyediakan penginapan wisata saja, paling tidak membutuhkan ratusan jenis industri atau jasa pendukung. Mulai dari penyedia data (informasi), transportasi, jaringan telekomunikasi, jasa berbagai tukang, jasa keamanan, kuliner, pangan, aksesoris, produk budaya semisal pakaian tradisional, kontraktor, investor, layanan birokrasi, pemandu wisata, penyedia paket wisata, dan masih banyak lainnya.  
Bayangkan kalau semua sektor pendukung ini, memanfaatkan semangat otonomi daerah, lalu “didomestikasi”. Semua sektor pendukung (yang mungkin), diatur agar disediakan dari produk lokal/ daerah. Jangan datangkan dari luar, sebagaimana penyampaian Gubernur NTT baru-baru ini bahwa semua hotel dan penginapan di Labuan Bajo mesti memakai kopi lokal, berapa banyak potensi peningkatan ekonomi masyarakat? Sangat banyak. Bahkan bisa surplus ekonomi. Oleh karena itu, menjadi masuk akal jika Gubernur NTT menyatakan sektor pariwisata sebagai penggerak utama ekonomi NTT.  
Maukah kita bersinergi lalu menangkap semua peluang itu?  
 


Tidak ada komentar: